………Kalau anak anda berteriak kegirangan ketika anda memberikan
suatu surprise, Anak kami akan bingung, menjerit, menendang-
nendang dan menangis, Kalau anak anda merasa senang berada
dalam satu ruangan penuh dengan anak-anak, Anak kami akan
merasa sangat terganggu dengan suara hiruk pikuk dan akan berusaha menghindar.
Kalau anak anda berhenti ketika anda katakan “diam!”, Anak
kami akan tidak peduli bahkan mengancam. Kalau anak anda
melihat atraksi sulap sebagai suatu ilusi, Anak kami akan menjadi sangat kebingungan……..

Sepenggal kalimat diatas adalah salah satu ungkapan rasa dari orang tua asal Australia yang mempunyai anak autisme dalam sebuah buku yang berjudul Seputar Autisme dan Permasalahannya hasil suntingan Leny Marijani, BSc.
Gambaran itu mungkin juga mewakili sekian banyak orang tua yang anaknya divonis autisme. Sungguh menyedihkan dan sampai saat ini kasus autism begitu banyak ditemui, bahkan dalam laporan salah satu Jurnal Medis di Inggris kejadian autism mencapai 40 anak setiap 10.000 kelahiran. Dan yang paling menyedihkan lagi adalah tidak adanya data yang dapat dijadikan referensi baku berapa kejadian autism di Indonesia.

Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Perkembangan yang terganggu meliputi 3 aspek yaitu (1) komunikasi yang meliputi Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang,tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara, tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik, bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik, tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif dan stereotip; (2) Interaksi social, ditandai dengan kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak, kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama, ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain, ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama; (3) dan Prilaku seperti aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang-ulang. Tanda-tanda yang umum adalah adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam, adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang, adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu, adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu. Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga rasa takut yang tak wajar. Selain gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus. Autisme pada anak-anak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.

Dan sayangnya sampai saat ini penyebab dari autism masih beragam teori yang disampaikan oleh para ahli, bahkan ada yang mengemukakan tentang vaksin MMR (measles, mumps, rubella) sebagai salah satu penyebab autism tersebut. Beberapa factor yang diduga sebagai penyebab adalah genetic (keturunan), Faktor lingkungan yang tercemar beberapa logam berat seperti Pb dan Mercury serta factor gangguan pada saluran cerna.

Terlepas dari berbagai teori yang ada tentang penyebab autism, ada sesuatu yang sangat mendesak untuk dipikirkan bersama dan mencari jalan keluar bagaimana meminimalisasi autism tersebut agar tidak lagi menjadi sesuatu yang menakutkan bagi orang tua dan masyarakat secara umum.
Sesuatu yang sangat penting dan utama dalam autism mungkin luput dari perhatian orang tua adalah gizi atau makanan. Tak ada yang memungkiri bahwa pengaturan makanan (diet) akan membawa dampak perbaikan pada anak autism. Shattock dan Whitey mengemukakan bahwa diet merupakan senjata utama dalam penatalaksanaan autism. Pada umumnya setelah intervensi diet baru dapat dilihat dengan jelas factor-faktor lain seperti adanya keracunan logam berat, jenis alergi dan sebagainya. Banyak penelitian melaporkan fakta bahwa sebagian besar anak autis terutama autism tingkat lanjut memiliki respo yang baik setelah diberi diet khusus. Meski belum ada bukti autentik secara akademis atau penelitian tentang pengaruh diet khusus terhadap perkembangan autism pada anak-anak, namun beberapa fakta dan pengalaman yang banyak diceritakan tentang pengaruh diet terhadap autism ini patut menjadi pertimbangan dalam meminimalisis perkembangan autism yang semakin mencemaskan para orang tua. Tidak hanya itu, beberapa teori telah mampu menjelaskan peran gizi terhadap penurunan tingkat keparahan autism.

Mungkin tidak semua orang tahu bahwa gizi dapat merubah prilaku. Salah satu pengalaman dari salah seorang ibu anak autis seperti Karyn Serioussi yang menulis pengalamannya dalam sebuah buku yang berjudul Unraveling the Mystery of Autism and Pervasive Developmental Disorder : A Mother’s Story of Research and Recovery , banyak menceritakan tentang pentingnya diet pada anak autism serta beberapa tips penanganan anak autism. Dalam salah satu epilig-nya dia menulis “ …..hanya lima dari sepuluh orangtua yang memutuskan untuk mencoba diet. Hanya tiga dari lima orangtua yang tahu bagaimana menerapkannya dengan benar. Hanya satu dari anak-anak dalam subkelompo tersebut yang akan merespons diet.

Tinjauan ilmiah tentang pentingnya gizi dikemukakan juga oleh Dr Widodo Judarwanto SpA, dari Behaviour Biomedis Clinic atau klinik Biomedis Gangguan Perilaku yang telah melakukan penelitian terhadap 95 anak dengan gangguan saluran cerna dan gangguan perilaku. Setelah dilakukan penghindaran makanan tertentu ternyata gangguan saluran cerna dan gangguan perilaku seperti gangguan emosi, perilaku agresif, keterlambatan bicara, gangguan tidur dan beberapa gejala yang ada dalam penderita Autism terdapat perbaikan secara drastis. Penelitian tersebut sempat mendapat penghargaan “Outreach Award” dalam Worls Congress Gastroenterology Hepatology Nutrition, di Paris Perancis..

Reaksi simpang makanan terjadi pada kelainan bawaan atau genetik seperti alergi makanan, penyakit celiac, intoleransi makanan dan sebagainya biasanya bersifat kronis atau berlangsung lama. Gangguan perilaku yang diduga bersifat genetik seperti Autism, ADHD dan gangguan perilaku lainnya juga sangat berkaitan dengan gangguan metabolisme makanan dan pemberian makanan tertentu. Gangguan susunan saraf pusat atau otak tersebut dapat berupa neuroanatomis dan neurofisiologis. Gangguan neuroanatomis karena makanan biasanya sudah tampak sejak bayi. Pada bayi tampak lebih sensitif, sering mudah kaget dengan rangsangan suara atau cahaya, gemetar terutama tangan, kaki dan bibir, bahkan sampai epilepsi atau kejang. Pada anak yang lebih besar tampak sering sakit kepala, vertogo, migrain, nigtagmus (mata juling) atau ticks (mata sering berkedip). Selain gangguan neuroanatomis reaksi simpang makanan dapat mengganggu fungsi neurofisiologis seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi, ADHD hingga memperberat gejala Autisme.

Teori mekanisme yang bisa menjelaskan tentang pengaruh makanan terhadap gangguan susunan syaraf pusat diantaranya adalah teori gangguan perut dan otak (Gut Brain Axis), pengaruh metabolisme sulfat, gangguan organ sasaran, dan pengaruh reaksi hormonal pada alergi. Teori gangguan pencernaan berkaitan dengan sistem susunan saraf pusat saat ini sedang menjadi perhatian utama. Teori ini juga yang menjelaskan tentang salah satu mekanisme terjadinya gangguan perilaku seperti autism melalui Hipermeabilitas Intestinal atau dikenal dengan Leaky Gut Syndrome. Kekurangan ensim Dipeptidalpeptidase IV (DPP IV). pada gangguan pencernaan ternyata menghasilkan zat caseo morfin dan glutheo morphin (semacam morfin atau neurotransmiter palsu) yang mengganggu dan merangsang otak. Teori pelepasan opioid (zat semacam opium) ikut berperanan dalam proses di atas. Hal tersebut juga sudah dibuktikan penemuan seorang ahli pada binatang anjing. Setelah dilakukan stimulasi tertentu pada binatang anjing, ternyata didapatkan kadar opioid yang meningkat disertai perubahan perilaku pada binatang tersebut.

Pendekatan pengalaman dan teori ilmiah ini setidaknya dapat menjawab tentang banyak hal pada anak autism terutama tentang petingnya gizi pada anak autism. Sesuatu yang sangat jelas bahwa penanganan anak autism tidak bias hanya dengan satu pendekatan medis saja akan tetapi perlu melibatkan berbagai ahli, sehingga penanganannya dapat lebih komprehensif dan terarah.



*) Penulis dosen Jurusan Gizi Poltekkes Pontianak dan pemerhati autism


DIET UNTUK AUTIS


Diet untuk anak autis ternyata banyak macamnya, namun pemilihan diet yg tepat sebaiknya berkoordinasi dgn dokter dan ahli gizi , takutnya malah anak bisa-bisa kekurangan gizi :

1. Diet bebas gluten & casein.
2. Diet Bebas Gula.
3. Diet Bebas Jamur
4. Diet Bebas Zat Aditif.


1.Diet bebas gluten & casein,
terdapat pada terigu dan susu berikut produk turunannya. Efeknya bila terus dikonsumsi anak, diyakini seperti morphin yang mempengaruhi kerja otak & pusat syaraf.

2.Diet bebas gula ,
hindari gula murni, hindari aspartam (lihat pada kemasan makanan). Jauh lebih baik bila menggunakan gula kelapa/ aren.

3.Diet bebas jamur,
hindari makanan olahan dengan fermentasi seperti tahu,tempe, kecap, soda pengembang, vermipan.

4.Diet bebas zat aditif seperti MSG/ penyedap rasa ,
mengandung pengawet seperti nagget, sosis, kornet, makanan / minuman dalam kaleng.

Catatan : Bila ada alergi terhadap makanan, segera hindari karena bisa juga akan memperparah kondisi anak.

CARA MENGATUR MAKANAN PADA ANAK AUTIS

Makanan seimbang
Makanan sumber karbohidrat yang tidak mengandung gluten seperti: beras,singkong,ubi,talas,jagung,tepung beras, tapioka, maizena, bihun dan soun.
Makanan sumber protein yang tidak mengandung casein: daging, telur, kerang, tahu,tempe dan kacang-kacangan.
Minyak yang sejenisnya
Cukup mengkonsumsi serat khususnya berasal dari buah-buahan dan sayuran.
Pemberian suplement,vitamin dan mineral seperti:vit B,vit C,zink dan magnesium.
Berikan makanan yang lengkap dan bervariasi.
Memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan.
Berikanlah air mineral minimal 8 gelas sehari.

memerlukan vitamin C sebagai antioksidan. Adapun sumber terbaik yang dapat diberikan pada anak dengan kasus ini dapat berasal dari sayuran dan buah-buahan.
Meski demikian, sebaiknya pilih sayuran dan buah-buahan yang tidak mengandung pengawet. žBeberapa spesies yang biasa digunakan antara lain mengandung Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium longum, dan Streptococcus lactis.
Sementara itu, prebiotik adalah substansi makanan yang dapat meningkatkan beberapa bakteri usus yang menguntungkan bagi kesehatan.

suplemen yang baik diperlukan penderita autis yang biasanya mengalami lactose intolerance (ketidakmampuan pencernaan untuk mencerna laktosa). Salah satu suplemen yang baik diberikan bagi penderita autis adalah sinbiotik.
Sinbiotik yaitu gabungan probiotik dan prebiotik.
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang dimakan untuk memperbaiki secara menguntungkan keseimbangan mikroflora usus.
Prebiotik adalah substansi makanan yang dapat meningkatkan beberapa bakteri usus yang menguntungkan bagi kesehatan.

MAKANAN / BAHAN MAKANAN YANG HARUS DIHINDARI.

Menghindari makanan yang mengandung gluten seperti:terigu,havermouth,roti,mie,kue-kue, makaroni, spageti, cake dan biskuit.
Menghindari makanan sumber casein seperti:susu sapi, ice cream,keju,mentega dan yogurt.
Memilih makanan yang tidak menggunakan food additive.
Hindari makanan yang di awetkan/fermentasi & mengandung pengawet.
Hindari makanan yang mengandung phenol seperti:tomat, jeruk, pisang,anggur merah,apel,cocoa dan susu.
Susu sapi dan gandum bagi penyandang autis (autism spectrum disorders/ASD) tertentu bersifat morfin. Pasalnya, protein susu sapi (kasein) dan protein gandum (gluten) membentuk kaseomorfin dan gluteomorfin, sehingga terjadi gangguan perilaku seperti hiperaktif.
diet bebas kasein dan gluten, diet bebas gula, diet bebas jamur, diet bebas zat aditif, diet bebas fenol dan salisilat, diet rotasi, pemberian suplemen makanan. Di samping itu, cara memasak dan penyediaan makanan pun diatur. Seperti, makanan tidak dimasak pada wadah terbuat dari aluminium.
Menghindarkan semua produk makanan tepung & susu seperti biskuit, roti, makanan kemasan, susu sapi, keju, permen susu).